Thursday, 29 March 2012

Konsep IBD dalam Kesusastraan


Konsep IBD dalam Kesusastraan adalah postingan yang akan dibahas pada kali ini, di dalam Konsep IBD Dalam Kesusastraan terdiri dari  pembahasan, yaitu pendekatan kesusastraan, IBD yang dihubungkan dengan prosa, nilai-nilai' dalam prosa fiksi dan IBD yang dihubungkan dengan puisi. Sebelum melanjutkan pembahasan tentang Konsep IBD dalam Kesusastraan sebaiknya kita terlebih dahulu mengenal arti dan pembahasan dari IBD itu seperti yang sudah pernah saya posting sebelumnya, atau dapat dapat di cek disini
Setelah mengenal IBD, pada postingan kali ini saya hanya akan membahas tentang Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi. Kita semua pasti mendengar cerita maupun dongeng yang pernah dibacakan oleh orang tua maupun guru di sekolah kita, setiap cerita maupun dongeng tersebut pasti memiliki suatu pesan untuk para pembaca maupun para pendengar cerita tersebut, itulah nilai-nilai yang terdapat pada Prosa fiksi,sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita.Nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra tersebuat yaitu: 

1. Prosa fiksi memberikan kesenanganNilai yang pertama adalah Prosa fiksi memberikan kesenangan. Rasa senang dan keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2. Prosa fiksi memberikan infonnasi
Nilai yang kedua adalah Prosa fiksi memberikan infonnasi. Fiksi memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jumalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.

3. Prosa fiksi memberikan warisan kulturalNilai yang ketiga adalah Prosa fiksi memberikan warisan kultural. Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasanNilai yang terakhir adalah Prosa fiksi memberikan keseimbangan. Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
Sebagai contoh, masih ingatkah kalian tentang dongeng anak tentang Si Kancil dan Si Siput ? 
Cerita tersebut menceritakan tentang si Kancil yang cerdik tetapi sangat sombong, si Kancil mengatakan bahwa dirinya merupakan binatang yang paling Cerda, Cerdik dan Pintar, kemudian si Kancil bertemu dengan si Siput dan si Kancil pun meremehkan dan mengajak berlomba lari dengan si siput, di dalam cerita tersebut si kancil yang merasa akan memenangkan perlombaan malah kalah dengan si siput, seperti sepenggal dongeng tadi kita dapat mendapat hiburan dengan membacanya serta mendapat wawasan dan apa yang dapat kita pelajari dari sebuah dongeng tersebut. Secara keseluruhan, itulah yang dimaksudkan dengan nilai-nilai yang terdapat pada Prosa Fiksi yaitu apa yang dapat kita tangkap dan pelajari setelah mendengar maupun membaca suatu dongeng maupun cerita.



Mungkin hanya itu yang dapat saya bagikan tentang Konsep IBD dalam Kesusastraan , semoga dapat menambah wawasan kita semua.

No comments:

Post a Comment